Aikonisasi Zapatista: Menyaksikan Pesona Muchas Trampas Politicas



Noer Fauzi Rachman dkk


Dimuat sebagai "Aikonisasi Zapatista: Menyaksikan Pesona Muchas Trampas Politicas" Jurnal WACANA No.11/2002 | Menuju Gerakan Sosial Baru h. 83-106. Kemudian dimuat pula sebagai Pengantar untuk Buku Bayang Tak Berwajah. Dokumen Perlwanan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista. Penerjemah Ronny Agustinus. Yogyakarta: Insist Press 2003.


(Muchas Trampas Politicas adalah istilah dalam bahasa Spanyol yang kurang lebih bermakna praktik yang cerdas melakukan manuver-manuver dan siasat-siasat untuk membuka, menerobos, membuat dan memanfaatkan peluang politik. Tapi, dalam penggunaan lain bisa juga berarti terperangkap setelah melakukan pembukaan, penerbososan dan pemanfaatan peluang politik)


Ketahuilah! Bahwa tanah, hutan, dan air yang telah dirampas oleh para penguasa hacienda, cientifico, atau cacique melalui tirani kekuasaan dan tipuan hukum, akan dikembalikan dengan segera pada rakyat atau warga yang berhak atas kekayaan itu, sebab, se­sungguhnya mereka itu dianiaya oleh kejahatan para penindas. Mereka mesti mempertahankan miliknya itu dengan sepenuh hati melalui kekuatan bersenjata. (Zapata, November 1911)


Setelah ditunda beberapa kali dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya, Tentara Pembebasan Nasional Zapatista memasuki San Cristobal beberapa menit sesudah tengah malam pada 1 Januari, 1994 ("Seperti biasa kami ter­lambat," jelas Komandante Marcos), mengumumkan 'Deklarasi Hutan Lacondon' dari balkon istana pemerintah, memporak­porandakan balai kota, menempelkan proklamasi perang mereka di dinding‑dinding kota kerajaan lama, menyerang instalasi mili­ter di dekatnya, lalu berjalan ke gunung‑gunung, kembali ke basis mereka di hutan.

Dua puluh lima bulan setelah pernberontakan Zapatista mem­bahana ke seluruh pelosok negeri dari pasar kampung sampai kamar kantor presiden, pada 16 Februari 1996, Tentara Pem­bebasan Nasional Zapatista dan pemerintah Meksiko menanda­tangani kesepakatan substantif pertama menuju perdamaian, yang terkenal dengan nama'Perjanjian‑perjanjian San Andres'. Dalam dokumen perjanjian itu, pemerintah federal menanggapi sebagian tuntutan Zapatista, utamanya hal yang berkaitan dengan hak‑hak dan budaya masyarakat adat, berupa pengakuan masya­rakat Indian sebagai subjek sosial dan historis sebagai prinsip kewarganegaraan. Sesungguhnya, dokumen perjanjian itu baru berisikan 1 dari 6 topik yang dirundingkan. Satu topik itu berasal dari meja runding'hak‑hak budaya'. Selain meja runding 'hak‑hak budaya' (a), meja‑meja runding yang tidak berbasil mengeluarkan perjanjian adalah: (b) demokrasi dan keadilan; (c) pembangunan dan kesejahteraan; (d) masalah perempuan; (e) konflik regional; dan (f) demiliterisasi.

Perjanjian itu adalah hasil yang dimenangkan dengan susah‑payah dari lima ronde pembicaraan pertama antara kedua pihak untuk menyelesaikan akar penyebab pertikaian itu. Butir‑butir perjanjian dari meja 'hak‑hak budaya' itu antara lain:

  • Pengakuan terhadap masyarakat Indian di dalam konstitusi, termasuk hak‑hak mereka untuk menentukan nasib sendiri di dalam kerangka otonomi yang konstitusional;
  • Perwakilan dan partisipasi politik yang lebih luas;
  • Pengakuan hak‑hak ekonomi, politik, sosial, dan budaya mereka sebagai hak‑hak kolektif‑,
  • Jaminan akses penuh pada sistern hukum dan pengakuan sistern normatif masyarakat adat;
  • Penghormatan atas perbedaan budaya, peningkatan revitalisasi budaya masyarakat Indian;
  • Peningkatan dalam pendidikan dan pelatihan dengan menghormati dan mengembangkan pengetahuan tradisi; dan
  • Meningkatkan kesempatan produksi dan pekerjaan, termasuk perlindungan kaum migran masyarakat adat.


Setelah penandatanganan Perjanjian‑perjanjian San An­dres, perwakilan masyarakat adat dan organisasinya ber­kumpul dalam Kongres Masyarakat Adat Nasional mulai tanggal 8 hingga 12 Oktober 1996 di Mexico City dengan khidmat memproklamasikan deklarasi itu, yang pada inti­nya ingin mengatakan bahwa "tidak ada lagi Meksiko tanpa kami". Dengan demikian ada upaya untuk menempatkan identitas etnik sebagai bagian dari identitas nasional Meksiko di masa depan

Pesona Zapatista

Gerakan perjuangan memperoleh otonomi masyarakat adat pada tingkat lokal maupun regional, seperti telah disinggung diatas, memang telah berlangsung lama. Bahkan, pada tahun 1974, Kongres Masyarakat Adat pertama diselenggarakan di San Cris­tobal de las Casas. Dihadiri 1230 delegasi, yang terdiri dan 587 kelompok etnik Tzeltales, 330 Tzotiles, 152 Tojolabales, dan 151 Choles yang mewakili 327 komunitas. Tuntutan otonomi ini ber­pokokkan partisipasi masyarakat adat pada berbagai tingkatan dan bidang kehidupan: ekonomi, politik, budaya, dan proses‑pro­ses pengambilan keputusan formal negara. Zapatista, merupakan revitalisasi semangat Emilio Zapata (pahlawan petani Meksiko yang memperjuangkan reforma agraria di Meksiko di sepanjang masa revolusi 1910‑1917).

Ia adalah suatu gerakan bersenjata yang berperang melawan tentara dan pemerintahan federal dengan tujuan membuka ruang politik bagi masyarakat sipil agar mempunyai suatu momentum yang berjuang (1) mewujudkan harga diri masyarakat adat (ber­mula dari daerah‑daerah berbahasa Mayan Jzotzi‑, Tzettal‑, Tojo­labal‑, dan Chol‑ yang tinggal di negara bagian Chiapas) dalam tatanan negara‑bangsa Meksiko yang dinilai rasis; (2) menghenti­kan proyek neoliberal yang dimotori oleh perjanjian kerjasama perdagangan bebas antara pernerintahan Meksiko 'Amerika Seri­kat, dan Kanada melalui perjanjian NAFTA (North American Free Trade Area) yang mengakibatkan penyingkiran petani dan degra­dasi pedesaan; dan (3) membangkitkan inspirasi masyarakat sipil di Meksiko untuk membentuk suatu koalisi nasional menentang otoritarianisme partai yang berkuasa lama sekali, Institutiona­lized Revolutionary Party (PRI) dan mengembangkan demokrasi akar rumput.

Perlawanan masyarakat adat di Chiapas, menurut Luis Her­nandez Navaro, hanya merupakan 'puncak dari sebuah gunung es'. Dalam realitas sosial‑politik Meksiko yang lebih luas perlawa­nan masyarakat adat itu jauh lebih banyak lagi daripada yang telah diketahui publik secara internasional. Bahkan, sebagaimana diinformasikan Dr. Salomon Nahmad, ada gerakan yang sudah tidak mau lagi masuk dan/atau menggunakan saluran perunding­an untuk menyelesaikan masalah‑masalah yang menjadi tuntutan perjuangannya, yakni gerakan Maois di Oaxaca.

Menurut Lynn Stephen, perjuangan hak‑hak masyarakat adat dan penentuan nasib sendiri di Meksiko melibatkan empat arena kunci: (i) pengalaman lapangan pangan dalam hal otonorni baik secara historis maupun yang sekarang ini; (2) penandatanganan Per­janjian San Andres mengenai Hak‑hak dan Budaya Masyarakat Adat dan Implementasinya; (3) penciptaan dan penguatan gerak­an nasional untuk otonorni masyarakat adat di Meksiko dan be­ragarn interpretasi otonomi dan penentuan nasib sendiri; dan (4) pendefinisian kembali hubungan antara masyarakat adat dan ne­gara Meksiko jauh dari fokus sejarah indigenismo, dengan asindigenismo dengan asimi­lasi sebagai fokusnya.

"Masalah masyarakat adat telah menjadi pusat agenda politik negeri ini," demikian tutur Luis Hernandez Navarro. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa gerakan masyarakat adat pada dasarnya merupakan respon masyarakat adat atas kebijakan pernbangunan pernerintahan Meksiko yang anti desa dan anti pertanian. Asumsi kebijakan itu adalah pertanian rakyat di Meksiko tidak dapat di­andalkan, maka harus diupayakan mengurangi jumlah petani. Karenanya negara Iebih baik melakukan investasi di kota ketimbang di desa. Anggaran negara untuk daerah pedesaan dipotong, dan kelembagaan pemerintahan untuk mendukung desa dimerosot­kan andilnya. Kalaupun ada upaya pengembangan sektor pertani­an, seiring derap liberalisasi ekonomi, maka dukungan diberikan pada usaha‑usaha pertanian skala besar. Biasanya untuk meng­hasilkan komoditi ekspor, seperti bunga, buah‑buahan, dan ter­nak. Padahal inti ekonomi pedesaan adalah jagung. Liberalisasi ekonomi telah menyingkirkan petani jagung, juga petani kacang dan gandum. Petani dan peternak menengah juga bangkrut.

Semula, lanjut Navarro, "Gerakan masyarakat adat lebih se­bagai gerakan etis, sebagai respon atas hilangnya identitas diri masyarakat adat dan dampak liberalisasi ekonorni." Belakangan baru berkernbang menjadi political ethnical movement. Pada ta­hap ini identitas budaya (etnik) menjadi basis perjuangan rakyat yang tertindas itu. Gerakan politik‑etnik masyarakat adat ini mernbuat gerakan petani (yang mulai mernudar daya ubahnya, padahal punya akar sejarah yang panjang) menemukan kembali susunan saraf dan rohnya pada gerakan identitas etnik ini. Demikianlah, andil perlawanan Zapatista, sehingga kelompok‑kelom­pok petani‑petani masyarakat adat di seluruh negeri terus meng­ikuti kepimpinan ide Zapatista. Mereka mengemukakan tuntutan ideologis bahwa Meksiko adalah negeri mestizo dan Indian yang hidup dalam gelimang fakta‑fakta eksploitasi pedesaan dan marginalisasi.

Sebenarnya, gerakan Zapatista, dengan ragam caranya me­nandai kebangkitan (kembali) gerakan rakyat Meksiko bingga gerakan sosial baru di Dunia Ketiga. Gerakan Zapatista adalah pertama‑tama bukan gerakan berbasis partai, tapi gerakan popu­lis untuk menjalankan agenda masyarakat sipil secara eksplisit. Meskipun berangkat dari realitas derita masyarakat adat, namun gerakan Zapatista menyuarakan tuntutan masyarakat sipil umum­nya atas kendali negara. Ia bukan hanya membangkitkan kelom­pok‑kelompok perjuangan hak‑hak masyarakat adat, tapijuga ke­lompok‑kelompok prodemokrasi, pembaruan hukum, kesetaraan gender, pembaruan/reforma agraria, dan hak‑hak asasi manusia. Lebih lanjut, sebagai bentuk organisasi, gerakan Zapatista mem­bawa masuk sejumlah besar pendukung dalam proses‑proses dan/ atau upaya‑upaya perubahan itu: kelas menengah pada umum­nya; partai politik (oposisi); lembaga‑lembaga penelitian dan pen­didikan (termasuk guru‑guru); ilmuwan'independen'; aktivis‑ak­tivis 'individual' (non‑lembaga); LSM (baik nasional, propinsi, maupun lokal/distrik); organisasi massa (termasuk serikat buruh, serikat petani, serikat perempuan, d1l.); lembaga‑lembaga Masya­rakat Adat; komunitas; dan kelompok‑kelompok kepentingan lainnya.

Dengan demikian, suara perlawanan Zapatista melintasi fakta­fakta penderitaan lokal dengan membongkar akar‑akar penyebab­nya: kontradiksi di dalam sistem kapitalisme dunia yang muara­nya di Meksiko ini tidak dapat dibendung dan bahkan diperderas oleh Pemerintah Federal Meksiko. Inilah yang dihadapi langsung oleh dengan gerakan Zapatista. Gerakan Zapatista bukan saja me­nyatakan melakukan kebajikan revolusi ('tanah dan kemerdeka­an') dari nenek moyang republik itu, tetapi juga mereka meng­gunakan retorika pemerintah sendiri mengenai demokrasi, identi­tas budaya, partisipasi, dan hak asasi manusia sebagai senjata melawannya. Lebih lanjut, gerakan Zapatista telah membum­bung‑membahana, seperti banyak gerakan sosial baru (the new social movements) lainnya, melalui penggunakan simbol, media elektronik, bentuk‑bentuk baru dari aksi‑aksi kolektif dan organi­sasi gerakan sosial, dan koalisi masyarakat sipil lokal‑nasional­global yang melampaui kemampuan kendali negara atas gerakan­gerakan setempat. Dalam kalimatnya Gerrit Huizer, globalisasi dari atas ditandingi dengan globalisasi dari bawah dan keduanya adalah suatu proses yang dialektik.  

Arena Politik, Ekonomi, dan Budaya

Secara nasional, keIompok‑kelompok masyarakat sipil di se­luruh Meksiko biasa mengidentifikasi tiga arena perjuangan yang musti mereka terjuni secara simultan. Pertama adalah tidak ada­nya partisipasi dan demokrasi politik. Partai politik Meksiko yang dominan, Institutionalized Revolutionary Party, sudah berkuasa terus‑menerus selama hampir 70 tahun. Kedua adalah bahwa re­formasi ekonomi yang kompleks menyusul krisis ekonomi di ne­geri itu dan program penjaminan menimbulkan perubahan‑per­ubahan mendasar dan merugikan dalam tatanan sosial negeri itu. Terakhir adalah masalah pengembangan budaya politik demo­krasi di sebuah negeri yang tidak memiliki tradisi dan struktur dasar politik demokratis.

Dominasi PRI (Institutionalized Revolutionary Par­ty).

Cikal‑bakal partai yang kemudian menjadi PRI bermula pada tahun 1929. Sebagai partai politik, sesungguhnya partai ini di awal pendiriannya berjalan bersama dengan pemerintah. Tiga ciri PRI menjadi kuncinya. Pertama adalah bahwa sementara para presi­den hampir memiliki kekuasaan penuh selama periode 6 tahun memerintah, mereka tidak bisa lagi ikut dalam pemilihan presi­den untuk periode kedua dan segera setelah periode mereka ber­akhir, mereka diasingkan secara politik (misalnya Presiden Eche­verria yang sangat berkuasa langsung dijadikan duta besar untuk Guam setelah pemerintahannya berakhir). Jadi, pihak yang me­ngendalikan mesin politik negeri itu adalah partai, bukan orang tertentu.

Ciri kedua, adalah bahwa bagaimanapun semua organisasi Meksiko harus menjadi bagian dan PRI yang merupakanpartai­nya pernerintah. Petani harus menjadi bagian dan persatuan pe­tani yang diatur oleh pemerintah. Para pekerja menjadi bagian dan serikat pekerja yang sangat berkuasa yang dikendalikan pe­merintah. Oposisi terhadap PRI diperbolehkan, sebagian besar dalam bentuk partai sayap kanan yang tidak besar dan mewakili kepentingan orang‑orang kaya pengekspor barang dari Meksiko. Oposisi kecil itu tetap dipertahankan karena membuat PRI tam­pak moderat dan demokratis, yang juga dengan sendirinya mem­berikan alasan resmi untuk meningkatkan kendali negara.

Kendali PRI terhadap politik nasional Meksiko adalah menye­luruh, walaupun begitu. PRI selalu peduli dengan dukungan dari sektor‑sektor sosial yang strategis. Sebagian besar gerakan refor­ma/pembaruan agraria dan nasionalisasi perminyakan tahun 1930‑an telah membuat PRI memiliki basis massa dalam upaya menghadapi elit borjuis yang masih ada serta gereja Katolik. PRI menyelenggarakan upacara besar‑besaran dengan mengadakan pemilihan umum secara berkala yang sebenarnya sangat kotor. Namun, PRI tidak pernah menguasai total pedesaan.

Dalam bidang ekonomi, PRI mempertahankan kendalinya me­lalui politik stick and carrot (ancaman dan hadiah). Sepanjang 193o‑an dan 1940‑an, jutaan hektar tanah diambil alih dari pemi­lik tanah yang kaya dan diberikan kepada masyarakat petani da­lam bentuk'ejido'. Ejido adalah kepemilikan tanah bersama yang tidak bisa dijual. Politik di balik ejido adalah membentuk basis dukungan masyarakat pedesaan untuk pemerintah. Pada saat yang sama, ejido menjadi celaan para pengusaha dan birokrasi pro‑pemilikan pribadi karena dinilainya ejido menghalangi prakarsa individual untuk kemajuan produksi pertanian. Program besar lainnya meneakup program kesehatan dan jaminan sosial, subsidi bagi konsumen, serta pembentukan buruh pada industri­industri badan usaha milik pemerintah. Selain itu, terlihat jelas bahwa sebagian besar oposisi 'kiri' kelas menengah menerima beragam subsidi dari negara untuk memastikan bahwa protes sayap kiri tetap berada di kampus dan di majalah yang tidak ba­nyak dibaca orang.

Ancaman yang nyata juga ditunjukkan (walaupun jelas tampak bahwa PRI selalu memastikan tentaranya tidak besar dan jauh dari politik): para pemrotes pedesaan sering ditembak atau dipenjarakan, organisasi masyarakat disusupi dan dirusak, dan orang‑orang yang tidak setuju di kota dalam gerakan buruh dikendalikan melalui organisasi pekerja pernerintah yang sangat kuat dan kejam. Titik balik dalam sejarah Mek­siko seperti itu adalah kerusuhan mahasiswa dan pembu­nuhan massal tahun 1968, ketika untuk pertama kalinya tentara PRI secara terbuka menembak lebih dan 1000 ma­hasiswa. Meski kerusuhan di Tlatelolco itu tidaklah terlalu besar (lebih kecil dari pernbunuhan pemberontak pedesaan di konflik‑konflik lainnya), tetapi kenyataannya adalah bah­wa negara menyadarkan sebagian besar kelas menengah intelektual perkotaan dengan adanya kekerasan yang demi­kian terbuka itu. Akibatnya, para penggerak mahasiswa pa­da gilirannya sampai pada suatu tahap yang secara tiba­tiba menghentikan 'nyanyian dan tarian resmi' mereka: "love it but join it" (dengan PRI) dan memulai usaha rahasia di seluruh Mexico City dan juga di tempat‑tempat lain.

Muaranya adalah keretakan‑keretakan kendali PRI ter­hadap rakyat Meksiko yang muncul sepuluh tahun kemudi­an, yakni di awal 1980‑an, tidak lama setelah devaluasi be­sar pada akhir 1970‑an. Ketika itu, sebagian gubernur nega­ra bagian Utara jatuh kepada pihak oposisi dan sebagian lagi tetap dikuasai PRI (karena pemilihan yang kotor). Na­mun, tantangan kebanyakan datang dari sayap kanan, dan bukan sayap kiri. Baru ketika AS‑IMF (International Mone­tary Fund) menjadi penyedia paket uang yang memulai penghancuran subsidi negara pada pertanian pedesaan. Pada saat itulah gerakan‑gerakan orang miskin mulai me­lawan PRI. Pada tahun 1988, PRI hampir kalah dalam pe­milihan nasional, sekali lagi menang karena pemilu yang kotor sekali dalam proses pemilihan presiden baru (si kan­didat adalah anak presiden tahun 193o‑an yang telah mem­bagi‑bagikan tanah ejido dan menasionalisasi industri per­minyakan). Namun, kali ini PRI sangat lemah, dan protes besar‑besaran terhadap kebohongan pemilu pecah di se­luruh negeri. Perpaduan antara krisis ekonomi dan protes rakyat menyebabkan terjadinya keterbukaan politik secara terbatas. Di pemilu berikutnya, PRI sebenarnya kehilangan kendali terhadap Mexico City, sejumlah pemerintah negara bagian di utara, dan beberapa kotamadya, dan kota‑kota di seluruh negeri itu. Walaupun sejak saat itu PRI mulai pulih (karena pertengkaran di antara kaum oposisi) mitos PRI yang tak terkalahkan sudah hancur, seiring tumbuhnya organisasi masya­rakat sipil di Meksiko melawan kendali PRI.

Reformasi Ekonomi. Ekonomi Meksiko juga telah meng­alami sejumlah transformasi radikal. Sebelum krisis, sekitar 50% dari seluruh produksi nasional berada di tangan negara atau per­usahaan yang dikendalikan negara. Pasar‑pasar domestik sangat dilindungi di bawah kebijakan 'substitusi impor', dan baik efisien­si produksi maupun angka pertumbuhan ekonomi luar biasa ren­dah. Gagasan ekonomi Meksiko dengan hutang internasional yang luar biasa besar dimulai pada akhir tahun 1970‑an. Harga minyak yang tinggi dan ditemukannya cadangan minyak yang baru dalam jumlah besar ditemukan di bagian tenggara negeri itu, membuat banyak politisi yakin bahwa mereka leluasa dan aman memboros­kan kekayaan publik, memakai hari ini dan membayar kembali besok. Konsumsi meningkat gila‑gilaan, korupsi yang sudah ende­mik meledak, dan transaksi ekonomi tipa‑tipu banyak sekali ter­jadi sementara banjir uang spekulasi tumpah ke dalam negara itu. Ketika harga minyak terjerembab, demikian juga dengan pe­merintahan Meksiko. Kejatuhan Meksiko segera disusul oleh ke­jatuhan serupa di Brasil dan Argentina, yang memicu program restrukturisasi yang dikenal di seluruh Amerika Selatan sebagal 'dekade yang hilang' (sebenarnya seluruh sektor kesehatan, pen­didikan, dan indikator kesejahteraan lainnya jatuh). Baru pada tahun 1998 upah pekerja yang sebenarnya pulih sampai pada ting­kat seperti pada tahun 1974.

Reformasi ekonomi Meksiko diikuti dengan jalur yang sangat dikenal, yang masih ada kelanjutannya. Sebagian besar industri negara dijual atau ditutup; hanya industri perminyakan yang be­lum diprivatisasi yang tetap berdiri (dan sangat tidak efisien). Bursa efek dibuka. Ejidos dihapuskan pada awal 1900‑an. Be­ragam perjanjian, di antaranya NAFTA (North American Free Trade Agreement), dibuat untuk membuat Meksiko menjadi ne­gara dengan ekonomi yang berorientasi pada ekspor.

Presidennya sekarang ini sedang mendorong reformasi‑refor­masi ekonomi ini semaksimal mungkin, dan hal ini diperkuat oleh prestasi bahwa angka pertumbuhan ekonomi Meksiko yang baru itu memang tinggi. Agenda neoliberal untuk Meksiko (paling ti­dak seperti yang dikemukakan) bergantung pada integrasi pasar global, penghapusan subsidi dan proteksi pasar, dan mendorong mobilitas modal baik di dalam negeri maupun antara Meksiko dengan negara‑negara yang maju terutama Amerika dan Kanada. Sebagian besar subsidi pertanian dihapuskan, dan jaminan­jaminan sosial dan kesejahteraan dikurangi.

Hasil‑hasil dari perubahan‑perubahan ini menciptakan pihak yang menang dan pihak yang kalah. Para pemenang adalah indus­trialis bagian Utara dan kelas menengah kota yang jumlahnya te­rus meningkat. Pihak yang kalah adalah para produsen kecil, pe­kerja perusahaan milik negara, dan penduduk pertanian yang sebelumnya bergantung pada harga‑harga yang ditetapkan peme­rintah. Saat ini, Meksiko memiliki hampir 7 juta pekerja di Ameri­ka Serikat, banyak yang berasal dan masyarakat yang sangat mis­kin, yang pengiriman uang dari pekerja di luar itu mampu mem­buat seluruh penduduk desa bertahan.

Kelompok yang kalah lainnya kebanyakan adalah kelas mene­ngah tradisional Meksiko. Menyusul kebangkrutan ekonomi se­telab program paket hutang IMF, kelas menengah profesional dan pengusaha kecil‑yang telah berhutang dan menggadaikan harta­nya dengan keyakinan bahwa program reformasi betul‑betul akan membawa kesejahteraan bagi mereka‑membentuk gerakan unik yang disebut 'El Barzon', suatu kelompok yang diperuntukkan bagi prinsip bahwa mereka seharusnya tidak membayar utang yang meningkat luar biasa tinggi. Gerakan itu menjadi begitu po­puler dan efektif sehingga mengancam banyak bank nasional. Na­mun, hal yang membuat gerakan ini berarti adalah tuntutannya yang luas pada kelas menengah yang secara politik berpengaruh (dan biasanya reaksioner). Sejalan dengan itu, banyak manajer tingkat menengah di industri milik negara yang segera. diprivati­sasi menggencarkan suara politik mereka dan menyamakan pijak­an dengan gerakan pekerja dan petani yang beroposisi.

Dewasa ini, negeri itu semakin terpolarisasi dalam hal program ekonomi. Dukungan kuat untuk reformasi neoliberal tetap men­jadi kebijakan negara (dengan dukungan luas dari dunia inter­nasional) dan para industrialis di bagian Utara. Tetapi dengan semakin banyaknya orang Meksiko yang menyadari bahwa hal itu tidak banyak memajukan mereka sehingga kerjasama antar sektor dan kelas sosial bangkit di dunia politik.

Singkat kata, Meksiko adalah penerap ideologi pembangunan seutuhnya (lihat juga uraian‑uraian dalam bagian lain) yang lam satu dasawarsa terkahir ini dibungkus jargon baru yang disebut globalisasi. Ini semua dilaksanakan melalui domi­nasi partai (dictatorship party) PRI (sebelumnya PRM, dan sebelumnya lagi PNR) selama lebih dari 70 tahun belakang­an ini. Sentralisasi kekuasaan ini tercipta‑tepatnya dicip­takan‑terutama melalui (strategi) pengendalian penye­lenggaraan pemilu (yang kotor). Dalam iklim sistem kekua­saan yang demikian itu praktik‑praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur; baik sebaga alat (men­capai tujuan) maupun sebagai akibat proses‑proses politik itu sendiri. Ini semua, pada akhirnya melahirkan semacam ketidakpercayaan rakyat pada politik, partai, politikus, dan pemerintah sebagai pihak yang akan memperjuangkan ke­sejahteraan rakyat, yang dalam satu dasawarsa terakhir menjadi basis perlawanan kelompok‑kelompok masyarakat sipil lainnya. Baik yang terwujud ke dalam 'perlawanan si­pil' maupun 'perlawanan bersenjata' dan kaitan keduanya.

Budaya Demokratik

Mungkin aspek yang paling su­lit digambarkan tetapi tidak kurang pentingnya dari per­juangan rakyat Meksiko adalah peran budaya dalam politik. Meksiko adalah wilayah yang ditaklukkan pada abad XVI dengan korban yang terburuk yang pernah disaksikan da­lam sejarah dunia. Populasi keseluruhan diperkirakan un­tuk pra‑penaklukan kerajaan Meksiko pada abad XVI ber­kisar antara 10‑15 juta orang. Seratus tahun kemudian populasi keseluruhan Meksiko jatuh sampai di bawah satu juta! Angka kematian orang lebih dari 90%, yang di dalam­nya adalah para penulis, pastur, filsuf, sejarawan, serta dok­ter‑dokter orang Meksiko. Juga hilang adalah kebanggaan dan identitas bangsa itu. Kolonialisme Spanyol mengubah wilayah kerajaan, dari bentangan pertanian menjadi jajaran tanah dan kota‑kota pertambangan. Hukum Spanyol me­lahirkan perbudakan dan menciptakan orang Indian se­bagai orang dengan sedikit hak dan sangat didiskriminasi.

Kemerdekaan Meksiko tahun 1821 tidak banyak meng­ubah gambaran ini. Abad XIX lebih banyak dikenal sebagai abad menghapus sisa‑sisa Indian Meksiko ketika sedang membentuk negara merdeka. Orang Indian adalah isyarat kemunduran. Hak‑hak orang Indian yang tinggal sedikit itu, masih juga hendak dihapus‑punahkan oleh Ker'ajaan dan Gereja supaya kelas atas Meksiko bisa mendapatkan akses ke tanah dan pekerja mereka. Haciendas (banyak yang dimiliki oleh Gereja) dan pabrik‑pabrik terus‑menerus mendesak orang Indian, melarang baik ekspresi fisik maupun budaya mereka guna menciptakan angkatan kerja yang murah dan modern.

Namun elit meminta terlalu banyak. Revolusi Meksiko mem­bawa banyak kaum miskin Meksiko kembali ke arena politik nasional. Proyek pembangunan negara yang baru memerlukan lambang pemersatu supaya negara yang sedang genting dapat menangkis serangan dari gereja dan orang kaya yang berorientasi Eropa. Meksiko sebenarnya telah menciptakan sejarah pra‑Spa­nyol yang gemilang, sesuatu yang hampir tidak ada kaitannya de­ngan masyarakat Indian miskin yang ditemukan pada saat ini. Adalah suatu cara yang baik untuk mengkonsolidasi kembali iden­titas budaya nasional: patung raja‑raja Aztec yang mati ditempat­kan di sudut‑sudut jalan, museum antropologi Meksiko dibangun untuk menggali kekayaan masa lalu, dan Meksiko menjadi negara Amerika Selatan pertama yang mendirikan lembaga masyarakat adat nasional.

Politik lambang adalah obsesi PRI. Aikon‑aikon revolusi men­jadi bagian dari ideologi negara: nama PRI sendiri adalah lam­bang; jalan‑jalan utama di Meksiko mendapatkan nama seperti 'Revolusioner'dan'Reforma'; Emiliano Zapata dan Pancho Villa, yang berjuang untuk rakyat petani miskin melawan penjajahan negara secara resmi menjadi pahlawan nasional. Gerakan rakyat dewasa ini mengambil keuntungan dari kontradiksi antara lambang‑lambang'revolusioner'itu dan praktik‑praktik reaksioner­nya. Banyak dari gerakan masyarakat adat tahun 1980‑an dan 1990‑an terdiri dari organisasi untuk kepentingan masyarakat yang menuntut bahwa negara harus memperlakukan mereka de­ngan rasa hormat dan adil seperti yang dicerminkan oleh lam­bang‑lambang negara itu sendiri.

Lalu Gerakan Masyarakat Sipil

Pilihan paradigma pembangunan yang ditempuh Meksiko te­lah mengantarkan negara itu sebagai negara dengan hutang luar negeri terbesar kedua di dunia. Situasi ini mengakibatkan negara itu dililit krisis ekonomi pada 1986, dan terulang kembali dengan skala dampak yang lebih kecil pada 1990. Upaya‑upaya penanggu­langan dampak krisis ini telah mengundang campur tangan luar negeri yang lebih luas, yang kemudian berpengaruh pula secara langsung pada persoalan‑persoalan yang berkaitan dengan ke­daulatan negara. Privatisasi badan‑badan usaha milik negara se­bagai salah satu upaya untuk keluar dari krisis ekonomi menye­babkan banyak kepemilikan badan‑badan usaha negara itu ber­pindah tangan ke pemodal‑pemodal swasta dan luar negeri.

Situasi tersebut di atas menyulut rasa tidak puas yang makin besar terhadap rezim penguasa negeri ini. Demonstrasi atau ber­bagai bentuk perlawanan lainnya atas kebijakan negara tersebut terus berlangsung hingga hari ini. Salah satu perlawanan anti pri­vatisasi dan anti modal asing yang masih berlangsung hingga hari ini, itu adalah aksi menentang rencana restrukturisasi dan privati­sasi CEMEX, badan usaha milik negara yang mengelola usaha per­tambangan minyak bumi di negeri itu. Salah satu kelompok pe­nentang kebijakan privatisasi yang cukup punya arti bagi peng­hambatan rencana dimaksud justru datang dari serikat pekerja manajemen tingkat menengah perusahaan itu sendiri, yang ber­koalisi dengan serikat‑serikat buruh dan tingkatan manajemen yang lebih rendah.

Pemerintah penguasa yang berdiri atas sistem pemilu yang me­mang telah diragukan rakyat kebenarannya pun makin kehilangan legitimasi politiknya. Untuk memperbaiki citranya, pada tahun iggo, partai penguasa (PRI), dan didukung PAN (NationalAction Party) didirikan tahun 193o‑an dan merupakan partai kanan yang digerakkan oleh para pastur katolik yang konservatif, para banker, dan konglomerat industri di bagian Utara Meksiko. Pada dasarnya mereka hendak membangun suatu sistem politik dua‑partai­mengajukan rancangan undang‑undang pemilu yang baru. Salah satu pembaruan yang kemudian mendorong proses‑proses refor­masi politik di Mexico adalah termuatnya dalam undang‑undang tentang pemilu yang baru itu amanat pembentukan Mexican Electoral Institute. Yaitu lembaga penyelenggara pemilu yang baru, yang secara teoretis independen, namun secara praktik tetap di bawah kendali partai berkuasa (PRI). Ini terjadi karena, meski di dalam lembaga itu duduk pihak‑pihak yang relatif independen sebagai penyelenggara pemilu, namun aspek‑aspek teknis pe­nyelenggaraan pemilu, seperti kegiatan pendaftaran pemilih, pe­ngiriman hasil pemilu di wilayah‑wiiayah pemilihan ke panitia negara bagian dan federal, tetap tergantung, tepatnya dikuasai oleh, birokrasi (yang dikuasa partai pemerintah PRI).

Di samping amanat pembentukan Mexican Electoral Institute yang teoretis independen namun secara teknis masih dikontrol aparat pemerintah, diamanatkan pula pernbentukan apa yang di­sebut sebagai General Council. General Council pada dasarnya adalah lembaga yang dimasudkan untuk mengontrol pelaksanaan pernilu yang bersih. Lembaga ini diisi oleh warga negara yang bu­kan anggota partai dan bukan pula anggota birokrasi pemerintah­an. Dalam praktiknya kebanyakan anggota lernbaga ini berasal dari perguruan tinggi (dosen‑dosen) dan lembaga‑lembaga pe­nelitian (peneliti). Ini terjadi baik untuk tingkat federal maupun di tingkat negara‑negara bagian.

Para anggota General Council ini, yang disebut Citizen Coun­cilor itu, tentunyajuga diharapkan independen. Bebas dari penga­ruh partai politik dan birokrasi pernerintahan. Meski begitu, pe­milihan anggota General Council ini harus pula disetujui oleh par­tai‑partai yang ada. Perangkat hukum pernilu yang baru in juga memandatkan pembentukan General Council dan pengangkatan Citizen Councilor itu di 32 negara bagian dan 300 wilayah pe­milihan.

Undang‑undang pemilu yang baru mendorong partisipasi masyarakat sipil untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan pemilu agar menjadi lebih bersih dari masa‑masa sebelumnya. Inisiatif‑inisiatif berbagai kelompok masyarakat sipil untuk ter­libat dalarn memantau penyelenggaraan pemilu yang bersih pun bermunculan. Ini memicu Iahirnya apa yang disebut sebagai Civic Alliance, yaitu suatu organisasi koalisi dari berbagai organisasi masyarakat sipil dan individual yang sangat independen dan yang sangat aktif mensponsori kegiatan pemantau pemilu. Pada saat pemilu pertama di bawah undang‑undang pemilu yang baru ber­langsung pada tahun 1994 lalu, Civic Alliance marnpu mengkoor­dinasikan pemantau‑pemantau pemilu sebanyak 15000 orang. Pada hari pemilu CA berhasil melakukan pemantauan berdasar­kan teknik stratified sampling pada 2168 tempat pemilihan se­tempat (TPS) dan melalui sampel random pada 500 TPS13. Seperti juga lembaga‑lembaga penyelenggaraan dan pengawasan pernilu yang baru, Civic Alliance juga banyak dimotori oleh dosen‑dosen di perguruan tinggi dan peneliti‑peneliti dari berbagai lembaga penelitian.

Reformasi politik dan hukum, khususnya yang menyangkut penyelenggaraan pemilu yang lebih bersih, telah menghasilkan tatanan politik baru. Khususnya pada tingkat negara bagian dan municipio. Partai oposisi menang di beberapa negara bagian dan/ atau municipio. Ini dimungkinkan karena penyelenggaraan pemi­lu yang berorientasi pada keterbukaan politik dan desentralisasi dan terawasi secara lebih baik itu telah pula membuka ruang koa­lisi dan/atau aliansi‑aliansi antara partai‑partai politik oposisi dengan organisasi‑organisasi masyarakat sipil yang ada, baik yang berupa LSM, ormas, serikat‑serikat rakyat, maupun langsung de­ngan komunitas‑komunitas setempat.

Menguatnya perlawanan‑perlawanan rakyat yang telah ada le­bih dahulu. Dengan perubahan konfigurasi kekuasaan politik, ba­ik partai lama apalagi partai oposisi relatif berpihak pada agenda­agenda perjuangan masyarakat sipil ini, baik karena memang tu­juan partai maupun untuk mengambil hati pemilih bagi kepenti­ngan partai pada pemilu‑pemilu yang akan datang. Dua pelajaran dapat diperoleh dari dua negara bagian: Veracruz dan Oaxaca. Di Veracruz, khususnya di municipio Zaragoza, perubahan politik dan hukum sekitar penyelenggaraan pemilu melahirkan, me­mungkinkan, mendorong terjadinya aliansi taktis antara Comite de Defenza (semacam komite rakyat di tingkat municipio itu) de­ngan partai (oposisi). Ini adalah pilihan sadar organisasi pen­duduk itu untuk masuk (menguasai) organisasi pernerintahan for­mal. Pola ini kemudian menghasilkan sistern pernerintahan for­mal (melalui jalur partai politik) yang terkontrol dan bertang­gungjawab penuh pada Comite de Defenza. Akibat positifnya ada­lah, antara lain, dipahaminya alokasi dana pernbangunan di muni­cipio itu oleh warga. Ini terjadi karena kegiatan‑kegiatan pemba­ngunan memang ditentukan melalui rapat‑rapat yang melibat­kan warga yang diselenggarakan melalui Comite de Defenza.

Di Oaxaca, meski partai lama tetap menang dan berkuasa, na­mun untuk menjaga dukungan pemilih pada masa pernerintahan­nya maupun untuk meredam gejolak gerakan masyarakat adat yang meningkat sebagai hasil resonansi gerakan Zapatista di Chia­pas, pernerintah Oaxaca akhirnya harus merevisi konstitusi nega­ra bagian itu (1995). Momentum pokok yang mendasari per­ubahan politik di negara bagian Oaxaca adalah gerakan bersenjata dan pemberontakan petani masyarakat adat Maya di Chia­pas dengan pendudukan tiga buah kota, dua kota kecil yakni Margarita dan Ocosingo serta sebuah kota kolonial tua San Cristobal de las Casas. Tuntutan utama gerakan ini adalah pemulihan hak konstitusional rakyat untuk mengubah pe­merintahan. Negara bagian Oaxaca yang berbatasan lang­sung dengan Chiapaz segera meresponnya dengan suatu upaya perubahan konstitusi negara bagian yang salah satu­nya berimplikasi besar pada bentuk pemerintahan. Konsti­tusi baru tersebut pada hakikatnya menguntungkan posisi hak‑hak masyarakat di negara bagian bersangkutan. Salah satu keuntungan yang terpenting, berdasarkan konstitusi baru itu, adalah dilegalkannya sistem pemerintahan ber­dasarkan adat (Usos y costumbres) di tingkat municipio, yang memang telah berlangsung secara informal selama ini. Susunan pemerintahan negara bagian Oaxaca terbagi men­jadi dua unit, yaitu Pemerintahan Negara Bagian dan Peme­rintahan Municipio. Di Oaxaca terdapat 570 municipio yang merupakan 23% dari seluruh municipio yang ada di Meksiko.

Selain itu, dukungan pada kegiatan‑kegiatan revitalisasi adat di negara bagian itu juga jadi meningkat. Misalnya ke­giatan revitalisasi musik dan bahasa Mixe‑belakangan ber­kembang juga pada musik dan bahasa etnik lainnya‑yang diselenggarakan CECCAM. CECCAM (Centro de Estudios para Cambio en el Campo Mexicano) adalah suatu komite kerja yang diberi tugas melakukan studi kritis terhadap ke­cenderungan globalisasi. Selain itu dimungkinkan pula re­formasi sistem pendidikan‑baik organisasi maupun kuri­kulum‑yang peduli pada filsafat dan pengetahuan‑penge­tahuan adat di wilayah itu. Mulai dari sistem pendidikan tingkat dasar hingga pendidikan tinggi (belum terlaksana).

Munculnya bentuk‑bentuk dan isu perlawananan baru. Kecuali political‑ethnical movement sebagaimana telah di­jelaskandiatas,pelajarandapatjugadiambildari munculnya dan terlembaganya pembangkangan sipil, seperti yang terjadi dalam kasus 'himpunan pengemplang hutang' El Barzon. El Barzon yang pilihan namanya diambil dari lagu rakyat dari abad lalu yang menceritakan tentang pemilik hacienda yang memerangkap para peones (pekerja hacienda) dengan tanah seadanya dan makanan seadanya yang hanya cukup untuk hidup dan melanjutkan kerjanya di hacienda, semen­tara mereka berhutang pada pemilik hacienda. Seperti diterang­kan oleh pimpinan El Barzon pada tanggal 27 Maret 1998, koalisi ini dimulai dari masalah para kreditur bank yang terancam oleh naiknya persentase bunga hutang hingga 600% akibat reformasi perbankan, yang mendudukkan mereka sama seperti parapeones zaman dahulu. Mereka berhasil mengorganisir petani kreditur dalam suatu organisasi mandiri berskala nasional bernama El Barzon. Organisasi ini memperjuangkan pengemplangan hutang melalul jalur legal dan advokasi. Organisasi yang memiliki akses informasi dan koneksitas politik ke sejumlah lembaga legislatif dan yudikatif. Organisasi seperti El Barzon telah pula membuka kemungkinan bagi pengorganisasian kepentingan kaum profesio­nal dan pengusaha menengah ke bawah dan kecil serta promotor perjuangan hak‑hak sipil untuk kelas menengah kota dan desa. Dalam kegiatannya El Barzon mampu menghimpun anggota yang terikat pada 2 juta kasus perbankan. Dalarn kegiatannya, dengan pendekatan litigasi dan nonlitigasi, El Barzon yang berarti traktor itu mampu menyelesaikan (negosisasi penyelesaian hutang) 15.000 kasus.

Di samping dua pelajaran penting tersebut di atas, krisis eko­nomi yang diikuti dengan reformasi politik, ekonomi, dan hukum itu telah pula memunculkan strategi‑strategi perlawanan baru; alat‑alat kerja baru; serta mendorong terjadinya peningkatan dan reposisi para aktor yang peduli pada berbagai masalah yang telah disebutkan tadi, yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam bagian­bagian berikut. Seperti tampak dalam uraian pada bagian bagian terdahulu, berbagai organisasi masyarakat sipil sudah sejak lama terlibat dalam upaya‑upaya dan gerakan‑gerakan perbaikan kon­disi kehidupan berbagai kelompok masyarakat di Meksiko. Bahkan, sebagaimana diinformasikan Luis Hernandez Navarro'14, sebelum perlawanan Zapatista memuncak, aktivis‑aktivis UNORCA (Union Nacional de Organiciones Regionales Campe­sinas Autonomas)‑yaitu federasi organisasi petani regional yang menjadi tulang punggung suatu koalisi internasional organisasi tani, buruh tani, dan masyarakat adat yang bernama La Via Campesina atau The Peasant Road‑turut serta secara. aktif dalam percepatan proses pengorganisasian rakyat di Chiapas, yang ke­mudian berkembang menjadi suatu gerakan perlawanan yang sa­ngat solid di lapangan. Perubahan‑perubahan politik yang dipicu oleh krisis ekonomi tahun 1986, betapapun, memang telah mendorong partisipasi kelompok‑kelompok masyarakat sipil yang lebih besar. Partisipasi ini boleh dikatakan makin membesar lagi semenjak terjadinya perubahan struktur kekuasaan, betapapun minimnya, sebagai akibat pernilihan umum yang lebih baik. Me­mang, perlu diakui, tidak diperoleh informasi kuantitatif untuk mendukung pernyataan ini. Namun, mengacu pada kasus per­lawanan Zapatista, menurut Luis Hernadez Navarro, San Andres penting bukan saja karena hasilnya, tetapi juga untuk cara yang belum pernah ditemukan sebelumnya tempat masyarakat sipil ikut serta di dalamnya di dalam proses. Negosiasi itu melibatkan sektor‑sektor yang luas dalam masyarakat, yang disebut perhatian nasional dan internasional kepada isu masyarakat adat dan mengenalkan cara‑cara baru dalam berpolitik.

... pada gilirannya, ia menjadi aikon gerakan sosial baru. ***