Noer Fauzi Rachman
Pada mulanya, naskah ini adalah “epilog” yang dimuat sebagai Epilog dalam Muhamad Tauchid, Masalah Agraria sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan. Halaman 642-662. Untuk keseluruhan paskah bisa unduh secara bebas pada: https://pppm.stpn.ac.id/sdm_downloads/tauchid-masalah-agraria-sebagai-masalah-penghidupan-dan-kemakmuran-rakyat-indonesia
Sebagian orang hidup di dalam kegelapan;
Segelintir saja yang hidup di tempat yang terang;
dan mereka yang hidup di kegelapan tetap tak terlihat.
(Bertold Brecht, Threepenny Opera)[1]
Penerbitan ulang buku karya Mochammad Tauchid Masalah Agraria sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakjat Indonesia jilid 1 dan 2 (Djakarta, Tjakrawala, 1952/53), oleh tiga penerbit berbeda-beda, yakni Pewarta – Yogyakarta pada 2009, Sekolah Tinggi Pertanahan (STPN) – Yogyakarta pada 2010, dan Bina Desa Sadar Jiwa – Jakarta pada 2011, menunjukkan betapa istimewanya buku ini. Ya bagi penulis secara pribadi, buku ini memiliki makna yang istimewa. Ia istimewa pula kedudukannya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, dan untuk menginspirasikan perjuangan pengembangan kebijakan agraria yang memihak kepentiongan petani.