Sumber: https://setkab.go.id/di-sarolangun-jambi-presiden-jokowi-tawarkan-rumah-tinggal-untuk-suku-anak-dalam/
Noer Fauzi Rachman
Pernah dimuat sebagai esay di Website Kantor Staf Kepresidenan, November 2015
Jokowi adalah Presiden Indonesia pertama yang mengunjungi dan bercakap-cakap dengan Orang Rimba di Dusun Marko Rahayu, Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi. Blusukan Jokowi itu dapat menjadi momentum perubahan nasib Orang Rimba bila semua pihak bergotong-royong dan menempuh arah untuk melindungi dan menyediakan habitat dan ruang hidup yang memadai buat Orang Rimba. Penyempitan dan penyingkiran Orang Rimba dari habitatnya, yakni hutan-hutan primer, telah berlangsung sejak dahulu. Bagaimana hidup mereka bila tidak ada hutan-hutan, habitat mereka. Ini adalah masalah kronis yang memerlukan penangangan dengan pendekatan yang berpusat pada perlindungan dan penyediaan habitat dan ruang hidup mereka. Tanpa hal ini perlindungan dan penyediaan
Blusukan Presiden Jokowi itu dilakukannya pada siang hari tanggal 30 Oktober 2015, termasuk bersama Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan Nasional, dan Menteri Pekerjaan Umum. Acara ini dilakukannya langsung setelah perjalanan panjangnya dari Amerika Serikat, dan pada hari sebelumnya melakukan Rapat Kerja Terbatas mengenai kebakaran hutan dan lahan di kantor Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan, mengunjungi puskesmas, sekolah, dan menghadiri penyerahan bantuan Kementerian Sosial, termasuk untuk korban kematian akibat asap di suatu kantor pos di kota Kayu Agung. Pagi harinya Presdien meninjau suatu rumah evakuasi untuk anak-anak korban asap yang dikelola oleh masyarakat di suatu kampung kumuh, kota Palembang.
Blusukan adalah suatu peristiwa istimewa. Pusatnya adalah Presiden Jokowi melihat secara langsung masalah penghilangan habitat, penyempitan ruang hidup Orang Rimba, dan penyediaan perumahan yang dibangun pemerintah mulai di tahun 2013 dan ditujukan untuk mereka tinggali. Di Perumahan Sosial itu, Presiden bercakap-cakap, termasuk dengan tokoh orang Rimba, Tumenggung Grip dan Tumenggung Tarib, mendiskusikan kehidupan Orang Rimba di perumahan ini. Di kompleks perumahan ini, Presiden diminta membantu penyediaan sarana dan prasarana perumhan yang memadai, terutama air bersih, bagi Orang-orang Rimba yang sudah “berdiom”, tinggal menetap di rumah-rumah itu.
Saatnya Mengubah Nasib Orang Rimba!
Blusukan adalah peristiwa istimewa yang memungkinkan masalah utama rakyat menjadi perhatian publik. Sesuatu pertemuan yang istimewa dilakukan Presiden ketika menemui dan bercakap-cakap dengan sejumlah orang Rimba di suatu kebun kelapa sawit. Kebun Kelapa Sawit itu adalah kebun para petani plasma. Inti dari usaha perkebunan sawit itu dimiliki oleh perusahaan nasional. Meluasnya perkebunan Kelapa Sawit, baik dari perusahaan-perusahaan maupun para petani plasma, telah ikut mengubah habitat Orang Rimba. Sebelumnya, habitat Orang Rimba telah menyempit akibat konsesi-konsesi kehutanan yang dipegang oleh perusahaan-perusahaan pemegang HPH (Hak penguasaan Hutan) dan HPHTI (Hak Pengusahaan Hutan Tanaman industri), juga oleh perluasan permukiman dan ladang pertanian para petani transmigran.
Berdasar pada penelitian KKI WARSI, suatu organisasi non pemerintah yang telah lama bekerja meneliti, mendampingi, dan mengurus Orang Rimba dan komunitas adat lainnya di Jambi, sebaran Orang Rimba berada di wilayah Kabupaten Sarolangun, Kabuaten Merangin, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Batanghari. Populasi terbanyak mereka sekitar 1.500 an orang berada di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), selatan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT), dan sebagian lagi berada tersebar di wilayah-wilayah konsesi kehutanan (perusahaan Hutan Tanaman industri) dan perkebunan-perkebunan kelapa sawit, dan di sepanjang Jalan Lintas Sumatra Sarolangun Bungo. Dari kajian KKI WARSI tahun 2013 jumlah Orang Rimba di Prov Jambi berjumlah 3.900 jiwa. Jumlah mereka ini jauh lebih banyak dari yang tinggal di setidaknya 5 lokasi Perumahan Sosial yang disediakan Kementerian Sosial. Menurut peneliti WARSI, di lokasi Karya Bakti, tersedia sekitar 60 rumah, Di Lokasi Air Hitam 50 rumah, Di lokasi Pemenang 40 rumah, di lokasi Kungkai 20 rumah, Lubuk Bedorong 30 rumah.
Warsi mencatat Kelompok Orang Rimba yang berada di sepanjang Jalan Lintas Sarolangun-Bungo merupakan kelompok yang sangat marginal dari segi kepemilikan sumberdaya. Sebagian besar kelompok Orang Rimba Jalan Lintas Sumatra menggantungkan hidup dari berburu babi, mengumpulkan pinang dari masyarakat sekitar, mengumpulkan bibit karet, mencari pete atau jengkol, mencari brondol sawit, sampai pengumpul barang bekas. Selain itu sebagian dari mereka menjalani menjadi orang miskin dengan pekerjaan yang tidak menentu beredar di desa hingga ke kota kabupaten dan kota provinsi untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Memang sejumlah Orang Rimba Jalan lintas Sumatra telah mendapatkan fasilitas rumah di Perumahan Sosial dari pemerintah. Warsi mencatat faktor terpenting dalam program pemukiman bagi Orang Rimba adalah penyediaan lahan sebagai sumber penghidupan yang berkelanjutan untuk pertanian maupun untuk berburu dan mengumpulkan hasil hutan di sekitar tempat tinggal mereka.
Mengubah kondisi kehidupan Orang Rimba saat ini agar menjadi lebih baik memerlukan arah rute jalan yang tepat. Kalau selama ini arus besarnya yang mereka hadapi menyempitkan habitat ruang hidup Orang Rimba, dan gelombang arus ini masih terus datang, maka yang musti dibangun adalah arus balik dengan melindung dan menyediakan habitat ruang hidup Orang Rimba. Maslah kronis Orang Rimba tidak bisa diselesaikan tanpa kombinasi pengabdian, kerja keras, dan arah rute jalan tepat. Blusukan Presiden Jokowi memberi pelajaran penting sekali, pejabat-pejabat pemerintah musti mendengar dan melihat masalah rakyat dan alam hidupnya apa adanya. Blusukan ini sudah menyediakan momentum untuk bergotong royong, bekerja-sama mewujudkan kondisi untuk membuat cita-cita mulia ini terwujud. ***)
No comments:
Post a Comment