MEMAHAMI GERAKAN-GERAKAN RAKYAT DUNIA KETIGA (Bagian 3/14)

 


Penulis                        : Noer Fauzi Rachman
Pengantar                   : Hendro Sangkoyo
Penyelaras akhir       : Herlily
Penerbit                      : INSISTPress
Tahun                         : 2005
ISBN                           : 979-3457-64-5
Kolasi                         : 15x21cm; xxxi +225 halaman

_____________________________________________________________________

3

Gerilyawan bertopeng membesarkan gerakan masyarakat sipil: EZLN (Ejercito Zapatista de Liberacion Nacional) di Mexico

 

Lain Brazil, lain Mexico. Lain MST, lain pula Gerakan Rakyat Pedesaan yang dimotori oleh Ejercito Zapatista de Liberacion Nacional (Tentara Pembebasan Nasional Zapatista—EZLN).  Mexico adalah negara dengan luas 1.964.382  km2, negara terluas ketiga di Amerika Latin setelah Brazil dan Argentina.  Kemerdekaan Mexico diperoleh melalui perjuangan panjang dan bersenjata melawan tentara diktator Porfirio Diaz yang telah berkuasa selama 30 tahu dengan dukungan penuh penjajah Spanyol. Emilio Zapata di selatan dan Panco Villa di utara adalah dua komandan perang yang terkenal memimpin pasukan lebih dari 30.000-an orang berkuda. Partisipasi petani dalam revolusi Mexico 1910 membuatnya dikenal sebagai revolusi kemerdekaan yang juga merupakan revolusi petani. 

Pemerintah-pemerintah paska revolusi (1911-1934) berusaha menjalankan sejumlah program land reform, namun pemerintahan yang berganti-ganti tidak melakukan redistribusi tanah hacienda secara masif, hingga 25 tahun kemudian. Mereka semua bersikukuh pada pandangan bahwa sebaiknya kapitalisme tetap merupakan sistem produksi yang dominan di pedesaan. Apa yang dihilangkan dengan land reform hanyalah traditional landlordism yang parasit. Masa depan pedesaan Mexico yang umumnya dibayangkan oleh para pembaharu yang menguasai pemerintahan adalah agroindustri modern dan pertanian komersial skala menengah. Pemberian tanah pada petani dalam bentuk ejido dianggap sebagai transisi belaka, sebagai suatu proses meluruhkan perkebunan hacienda yang feodal. Ejido adalah suatu persil tanah yang diberikan pada sejumlah orang (Ejidatarios) yang dipergunakan secara bersama atau boleh individual, tetapi secara formal tanah itu tidak boleh dialihkan apalagi dijual pada pihak lain.  

Setelah hampir 25 tahun meletusnya revolusi kemerdekaan 1910, redistribusi atas tanah-tanah hacienda secara besar-besaran dilaksanakan oleh pemerintahan di bawah presiden Cardenas (1934-40) dalam bentuk tanah-tanah eijido, suatu bentuk kepemilikan bersama atas bidang tanah yang asalnya adalah tanah haciendaReforma Agraria ini meliputi 18 juta ha tanah, 9 % dari seluruh tanah pertanian Mexico. Namun setelah masa keemasan ini, tidak pernah berulang kembali secara besar-besaran. Yang terjadi  sebaliknya, yakni counter-reform yang sesungguhnya, yang dimulai dari pemerintahan Miguel Alemán (1946-52). Pemerintah Aleman mengijinkan perusahaan kapitalis menggunakan tanah ejido dengan sewa-menyewa. Hal ini menimbulkan gejala yang diistilahkan dengan neolatifundismo. Sampai tahun 1970-an, dengan gonta-ganti presiden namun dengan partai penguasa yang sama yakni Partai Revolusi Institusional,   hal ini terus berlangsung demikian, meski disana-sini terdapat sejumlah perlawanan petani terhadap ekspansi kapitalisme dengan penggunaan tanah ejido melalui cara demikian itu. Bila ada protes petani, umumnya  pemerintah menjawab bahwa land reform masih berjalan namun tak ada tanah yang dapat diredistribusikan lagi.  Hal ini justru makin menguatkan perjuangan agraria para petani karena mereka menyaksikan besarnya tanah yang dikuasai para tuan tanah hacienda, elite tradisional (local caciques) dan para pemilik peternakan raksasa (large cattle-ranchers) yang didukung oleh para penguasa partai PRI. 

            Tahun 1970, presiden baru, Echeverria mengawali pemerintahannya dengan mendeklarasikan bahwa land reform sudah mati. Tapi dua tahun kemudian, dalam situasi kekurangan produksi makanan dan mobilisasi protes petani yang meluas, pemerintahan Echeverria menjalankan land reform dalam jumlah yang sangat besar, setelah yang dilakukan Cardenas. Echeverria melegalkan pendudukan tanah oleh gerakan petanidengan membentuk ejido baru, mengaktifkan kembali kredit negara, termasuk kredit pertanian. Namun, demikian para petani tidak puas karena penikmat banyak dari fasilitas kredit adalah pertanian komersial para tuan tanah haciendaMereka inilah yang menjadi basis produksi makanan yang meningkat tajam. Pada masa pemerintahan berikutnya di bawah José López Portillo tahun 1980-an, banyak represi terhadap petani yang mengokupasi tanah, sambil terus mendorong agar produksi makanan oleh pertanian komersial meningkat. Pola demikian berlangsung terus hingga krisis ekonomi nasional terjadi mulai 1986 dan neoliberalisme merasuk ke dalam ekonomi nasional dengan privatisasi badan usaha negara secara besar-besaran, yang dilanjutkan dengan intensifikasi investasi pertanian untuk tujuan eksport. Pada konteks demikianlah Ejercito Zapatista de Liberacion Nacional (Tentara Pembebasan Nasional Zapatista—EZLN) yang lebih dikenal dengan nama Zapatista, menemuka misi historisnya.

            Zapatista merupakan revitalisasi semangat Emilio Zapata (pahlawan petani Meksiko yang memperjuangkan reforma agraria di Meksiko dengan kekuatan pasukan bersenjata dan massa di sepanjang masa revolusi 1910-1917).  Memang awal mulanya Zapatista adalah suatu gerakan bersenjata yang berperang melawan tentara dan pemerintahan federal. Gerakan Zapatista ini, bukanlah gerilyawan yang bermisikan langsung menumbangkan pemerintahan, seperti halnya pemberontakan bersenjata lain di Amerika Latin. Mereka tak percaya akan paham vanguardism, dimana  organisasi sekelompok kecil orang revolusioner mengkomandani gerakan secara terpusatMereka membenarkan aksi gerilyanya sebagai hak konstitusional setiap warga negara untuk mengubah sistem pemerintahan. 

Secara fisik, Zapatista bergerak dari Hutan Lacondon  (hutan yang melintasi batas negara Mexico dengan Guatemala) di Negara Bagian Chiapas, Mexico. Di Chiapas sendiri, rakyat pedesaan, yang mayoritas adalah petani-petani Indian Maya, ditindas dan dikorbankan dua kali, pertama oleh hubungan antara komunitasnya dengan ekonomi nasional dan internasional, dan kedua oleh para elite penguasa yang mengeksploitir mereka dengan berbagai-bagai cara (Collie dan Quaratiello, 1994). Menurut Peter Rosset, kebanyakan pemimpin maupun anggota barisan EZLN adalah para pelarian dari desa-desa yang dikuasai para elite penguasa yang diistilahkan dengan caciques. Dengan latar belakang ini, tidaklah mengejutkan bila mereka punya mentalitas anti-pemimpin, dan EZLN menolak vanguardism (Rosset, “Foreword”, dalam Collie dan Quaratiello, 1994: ix-x).

Zapatista hadir untuk langsung menyuarakan tandingan atas Neoliberalisme yang telah menaklukkan negara Meksiko, termasuk dengan mengubah pasal 27 UUD yang menjamin tersedianya hak atas tanah bagi seluruh warga Meksiko. Ia menghadirkan diri  tepat pada 1 Januari 1994, saat NAFTA (North American Free Trade Agreement) berlaku efektif. NAFTA adalah perjanjian yang ditandatangani tahun 1992 antara Presiden Amerika Serikat George Bush, Perdana Menteri Kanada Brian Mulroney dan Presiden Mexico Carlos Salinas. Perjanjian itu bukan sembarang perjanjian, melainkan perjanjian untuk membentuk zona/wilayah bebas berdagang tanpa pembatasan pagar-pagar negara masing-masing. NAFTA ini sesungguhnya terdiri dari tiga perjanjian: antara Amerika Serikan dan Kanada; antara Mexico dan Amerika Serikat dan antara Kanada dan Mexico. Ini adalah preseden utama bagi perjanjian antara negara untuk menerapkan prinsip utama neoliberalisme, yakni pasar bebas. Perjanjian pedagangan bebas pertama dimana negara maju dan negara terbelakang saling mengikatkan diri, dimana negara terbelakang itu rela menundukkan diri dan membawa penumpangnya masuk ke dalam perahu yang melaju ke pulau bunuh diri.

Di Chiapas sendiri, Zapatista memberi teladan bagaimana pengorganisasian rakyat dilakukan.  Chiapas adalah tempat dimana sektor pertanian sedang direstrukturisasi sebagai akibat langsung dari kantung-kantung produksi untuk ekspor,  dengan korban para petani Indian Maya (Collier dan Quaratiello, 1994 dan 1999). Selain tema land reform, otonomi pueblos indigena atau indigenous peoples dari pengurusan negara, telah menjadi tema pokok perjuangan rakyat yang dikeraskan suaranya oleh Zapatista. Strategi utama Zapatista adalah mewujudkan otonomi politik, ekonomi dan sosial melalui penetapan wilayah-wilayah otonom yang dari waktu ke waktu semakin meluas. Seperti dijelaskan oleh Sophie Style (2000:264-265),

Sejak 1994, yang diutamakan gerakan Zapatista adalah pembentukan sistem demokrasi langsung. Banyak desa sekarang telah memiliki dewan yang bertemu mingguan yang dapat berlangsung beberapa jam menyelesaikan maslah kerja sosial atau pengeluaran uang-uang rakyat. Putusan-putusan diambil secara konsensus dan setelah semua pendapat didengarkan. Hak-hak berbicara dan memutuskan dipunyai oleh semua orang umur 12 ke atas, meski biasanya jarang putusan yang dilalui dengan pengambilan suara.

Setiap dewan memilih wakil-wakilnya yang disebut responsables untuk mengkordinasikan kerja dalam wilayah-wilayah tertentu. Mereka diberi baston de mando, sebuah tongkat kayu tradisional, sebuah tanda bahwa komunitas telah memilih pemimpin lokalnya dengan hak untuk mewakili, sering selama setahun. 

... Di atas tingkat desa, terdapat suatu badan wilayah untuk membuat keputusan yang tingkatannya lebih tinggi, yakni wilayah otonom. Pertama-tama, suatu komunitas tertentu memutuskan dalam pertemuan mereka apakah mereka akan bergabung dalam wilayah otonom tertentu atau tidak, dan kemudian mereka memilih seorang wakil untuk Dewan Wilayah Otonom. Sekarang, terdapat 32 wilayah otonom di Chiapas, yang tiap wilayah otonom mencakup 50 hingga lebih 100 komunitas. ...

Komandante EZLN, Samuel menerangkan alasan pembentukan wilayah-wilayah bebas ini, ”Sungguh ini adalah gagasan yang muncul tahun 1994 sebagai cara untuk tidak berhubungan dengan kelembagaan pemerintah. Kami katakan, ”cukup sudah!” bagi mereka mengendalikan seluruh bagian kehidupan rakyat kita. Dengan membentuk wilayah-wilayah otonom, kita menentapkan sendiri tempat kita dapat menghidupkan dan menyelenggarakan adat sosial dan politik yang cocok untuk kita, tanpa badan pemerintah yang tidak pedulikan nasib kita dan sebaliknya mengganggu kita demi keuntungannya sendiri.

            Pada wilayah-wilayah otonom inilah dikerjakan usaha pertanian rakyat untuk memenuhi kebutuhan seniri yang jelas merupakan tandingan terhadap strategi liberalisasi pertanian yang dicangkokkan di wilayah Chiapas yang kaya alamnya itu. Sebagaimana ditunjukkan oleh Sophie Style (2000: 265), hanya setahun setengah setelah pemberontakan dilangsungkan, yakni dari Januari 1994 sampai June 1995, para pendukung Zapatista telah menguasai lebih dari 1500 unit usaha yang tadinya dikuasai oleh para tuan tanah yang kebanyakan dipergunakan untuk usaha produksi eksport. Keseluruhan luasnya mencapai lebih dari 90.000 ha. Penetapan wilayah-wilayah otonom ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembebasan wilayah dan kekayaan alam yang dikandungnya (hutan, sungai, danau, mineral, dan sebagainya) dari perusahaan-perusahaan kapitalis dan monopoli pemerintah.

Lebih dari itu, seperti dapat dipelajari dari artikel yang dibuat oleh Chris Gilbert dan Gerardo Otero (2001), Zapatista telah merangsang gerakan masyarakat sipil untuk demokratisasi. Meskipun berangkat dari realitas derita indigenous peoples, namun gerakan Zapatista menyuarakan tuntutan masyarakat sipil umumnya untuk mengendalikan negara. Ia bukan hanya membangkitkan kelompok-kelompok perjuangan hak-hak indigenous peoples, tapi juga kelompok-kelompok prodemokrasi, pembaruan hukum, kesetaraan gender, pembaruan agraria, dan hak-hak asasi manusia. Lebih lanjut, sebagai bentuk organisasi, gerakan Zapatista membawa masuk sejumlah besar pendukung dalam proses-proses dan/atau upaya­-upaya perubahan itu: kelas menengah pada umumnya; partai politik (oposisi); lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan (termasuk guru-guru); ilmuwan ‘independen’; aktivis-aktivis ‘individual’ (non-lembaga); LSM (baik nasional, propinsi, maupun lokal/distrik); organisasi massa (termasuk serikat buruh, serikat petani, serikat perempuan, dll.); lembaga-lembaga yang memperjuangankan hak-hak indigenous peoples; komunitas; dan kelompok-kelompok kepentingan lainnya.

Dengan demikian, suara perlawanan Zapatista melintasi fakta-fakta penderitaan lokal dengan membongkar akar-akar penyebabnya: kontradiksi di dalam sistem kapitalisme dunia yang muaranya di Meksiko ini tidak dapat dibendung, bahkan  justru diperderas oleh Pemerintah Federal Meksiko. Gerakan Zapatista bukan saja menyuarakan kembali moto revolusi (tierra y liberta atau tanah dan kemerdekaan) dari nenek moyang republik itu, tetapi juga mereka menggunakan retorika pemerintah sendiri mengenai demokrasi, identitas budaya, partisipasi, dan hak asasi manusia sebagai senjata melawannya. Lebih lanjut, gerakan Zapatista telah membumbung-membahana, melalui penggunakan simbol, media elektronik, bentuk-bentuk baru dari aksi-aksi kolektif dan organisasi gerakan sosial, dan koalisi masyarakat sipil lokal-nasional-global yang melampaui kemampuan kendali negara atas gerakan-gerakan setempat. Karya-karya tulis dari Sub-commandante Marcos, juru bicara mereka, baik berupa komunike-komunike, surat-menyurat, naskah-naskah analisis, maupun karya-karya fiksi yang imajinatif  telah menjadi cara yang manjur untuk menyadarkan semua orang yang membacanya.  Zapatista sudah menunjukkan bahwa “kata-kata adalah senjata”. Dalam bahasanya sendiri, kurang lebih dikatakan bahwa senjata kami adalah kata-kata yang dibuat di belantara hutan, ditiup angin melintasi daratan dan lautan, dan hinggap di hati kaum pergerakan.

            Jaringan pendukung Zapatista sangat luas. Di Mexico, organisasi seperti International Service for Peace (SIPAZ) dan Center for Economic and Political Research on Community Action (CIEPAC) senantiasa siap sedia memobilisasi e-mail dan surat-surat protes bila ada tanda-tanda aksi militer terhadap Zapatiska akan dilancarkan. Beberapa kali Zapatista mengadakan konvensi-konvensi internasional di Chiapas, seperti yang dimulainya dengan Encounter for Humanity Against Neoliberalism pada Agustus 1996, yang dihadiri ratusan partisipan dari luar negeri. Pemerintah tidak berani mengganggu acara ini karena takut mendapat citra negatif. Zapatista pun telah membentuk dua organisasi sipil yang berafiliasi langsung, yakni National Convention for Democracy dan Zapatista National Liberation Front (FZLN) – yang merupakan sayap politik dari gerakan Zapatista yang kedudukannya diakui  pemerintah. Kedua organisasi ini mendapat simpati yang sangat luas di seantero negeri Mexico, Amerika dan Eropa. Banyak juga pendukung asing dari Zapatista yang dikordinasi oleh jaringan ornop Enclace Civil (Civil Network). Di Amerika, di Spanyol, Perancis,  Zapatista memiliki kelompok-kelompok pendukung yang tersebar di beberapa kota utama, yang bekerja memperluas gagasan, merekrut dan mendatangkan simpatisan ke Chiapas, hingga memobilisasi logistik. 

            Nyata jelas, sumbangan Zapatista pada gerakan rakyat melintasi batas-batas lokalitas. Chris Gilbreth and Gerardo Otero (2001:24-25)dalam karya mereka “Democratization in Mexico: The Zapatista Uprising and Civil Society” menuliskan: 

Pemberontakan Zapatista menyumbang perluasan demokrasi dalam wilayah politik, bahkan juga melebihi domain tersebut — masuk ke dalam masyarakat sipil dan lingkup kebudayaan. Pemberontakan Zapatista sekaligus juga berupaya untuk memperluas demokratisasi ke wilayah ekonomi untuk menangani ongkos sosial reformasi pasar neoliberal. Mungkin paradoks yang paling penting adalah EZLN menjadi organisasi gerilya pertama yang menawarkan pemecahan masalahnya melalui cara damai. Setelah pemberontakan, EZLN berupaya mendorong masyarakat sipil untuk mengubah susunan perimbangan kekuatan antara negara dan masyarakat sipil dan untuk menggulingkan PRI yang sedang berkuasa. Sementara PRI memenangkan pemilu tahun 1994, pemberontakan EZLN mengilhami masyarakat sipil untuk mempertanyakan monopoli kekuasaan PRI yang kemudian mempercepat tahap reformasi politik. Hasil penting yang dihasilkan pemberontakan tersebut adalah terbangunnya panitia pemilu yang reformis dan independen, pemantau pemilu dari badan-badan internasional dan juga dari warga negara Meksiko sendiri, Majelis Rendah Kongres yang dikontrol oleh kaum oposisi, dan pemilihan walikota kota Meksiko. Untuk pertama kalinya, pada tahun 2000 PRI mengadakan pemilihan penting untuk memilih kandidat PRI untuk pemilihan presiden. Akhirnya, kemenangan Vincente Fox dari PAN di pemilu tahun 2000 mengawali sebuah perubahan besar sistem politik Meksiko.

Akibat dari gerakan Zapatista, ruang-ruang baru untuk partisipasi politik telah dibuka dalam masyarakat sipil. Melalui konsultasi populer dengan kelompok-kelompok sipil mulai dari para pendukung masyarakat adat sampai anggota masyarakat sipil internasional dan melalui pertemuan-pertemuan langsung dengan organisasi-organisasi masyarakat sipil, EZLN telah mendorong diskusi dan perdebatan demokratis. Jaringan kerja ornop mulai muncul di Meksiko pada tahun 1980an, tetapi pemberontakan Zapatista mengilhami pertumbuhan besar ornop yang tersebar luas baik untuk menghentikan perang di Chiapas maupun berjuang untuk menaikan isu dibawah agenda yang lebih luas yaitu demokratisasi. Beberapa ornop membatasi aktivitas dan hubungan mereka pada wilayah masyarakat sipil dan mampu menjaga otonominya, sementara ornop lain menjadi “rekanan politis” atau membangun hubungan dengan negara, mengikuti jalan yang sebelumnya ditempuh oleh partai-partai politik.   Accion Civica (Asosiasi Warga Negara), misalnya, menerima dana dari negara, dan berujung pada komitmen-komitmen yang menghapuskan otonominya ... 

Dalam lingkup sosial kebudayaan, gerakan Zapatista menentang praktek rasis di Meksiko dengan membangun sebuah kesadaran baru tentang hak-hak masyarakat adat. Mungkin inilah salah satu sumbangan langsung yang pernah dibuat EZLN untuk demokratisasi. Seperti yang dicatat oleh Monsivais:”Untuk pertama kalinya, rasisme Meksiko telah diungkap pada level nasional … sejak revolusi Chiapas tahun 1994 … kemudian banyak sekali buku mengenai pertanyaan Indian yang diterbitkan, jauh lebih banyak daripada yang sudah-sudah” (1999). Perjanjian San Andres memang menekankan sebuah program reformasi yang signifikan, yang jika dijalankan, akan melalui sebuah jalan panjang menuju penyelesaian permasalahan historis masyarakat adat Meksiko. Perdebatan seputar otonomi dan Meksiko sebagai bangsa yang majemuk  menyertakan beberapa usulan alternatif untuk desentralisasi dan penguatan demokrasi lokal ...

Gerakan Zapatista berupaya untuk memperluas demokratisasi dalam lingkup ekonomi dengan mengangkat isu neoliberalisme (kecenderungan menuju pasar bebas dan perdagangan global) sebagai sebuah model ekonomi. Memburuknya kesenjangan sosial ekonomi akibat reformasi pasar bebas memancing EZLN untuk mempertanyakan hubungan antara marjinalisasi ekonomi dengan peminggiran politik dan sejauh mana hal ini semua menghalangi demokrasi. Gerakan Zapatista telah mengkritik lunturnya kemampuan negara bangsa untuk membentuk ekonomi domestik ketika negara tersebut semakin terintegrasi kedalam kapitalisme global. Gerakan Zapatista telah bergabung dengan permasalahan-permasalahan yang diangkat oleh sebuah gerakan transnasional yang mengusung sebuah konseptualisasi ulang tentang bagaimana kekuatan pasar dapat dibuat bertanggungjawab atas efek yang memenderitakan dari globalisme neoliberal atas dasar prinsip-prinsip keadilan sosial.


No comments:

Post a Comment