I
Saya membuka naskah pengantar ini dengan puisi Rendra (1996), Sajak Seonggok Jagung:
Seonggok jagung di kamartak akan menolong seorang pemudayang pandangan hidupnya berasal dari buku,dan tidak dari kehidupan.Yang tidak terlatih dalam metode,dan hanya penuh hafalan kesimpulan,yang hanya terlatih sebagai pemakai,tetapi kurang latihan bebas berkarya.Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.Aku bertanya :Apakah gunanya pendidikanbila hanya akan membuat seseorang menjadi asingdi tengah kenyataan persoalannya ?Apakah gunanya pendidikanbila hanya mendorong seseorangmenjadi layang-layang di ibukotakikuk pulang ke daerahnya ?Apakah gunanya seseorangbelajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,atau apa saja,bila pada akhirnya,ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :Di sini aku merasa asing dan sepi !
Apa yang menyebabkan pemuda/i meninggalkan tanah airnya? Apa yang sedang terjadi dan mau kemana semua ini?
II
Sekolah-sekolah formal yang berjenjang mulai sekolah dasar, sekolah menengah, dan pergkita telah mengajarkan ilmu-ilmu yang membuat peuruan tinggi muda-pemudinya pergi dari kampung halaman tanah airnya. Semakin tinggi tingkat sekolah orang-orang desa, semakin kuat pula aspirasi, motif dan dorongan mereka untuk meninggalkan kampung halamannya. Desa ditinggalkan pemuda-pemudi yang pandai, untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Semua itu akibat aspirasi, motif dan dorongan untuk punya suatu cara dan gaya hidup modern, yang dianggap sebagai keniscayaan yang harus ditempuh. Pemuda-pemudi sekarang ini telah dan sedang menganut ideologi bahwa tenaga kerja manusia adalah komoditi, barang yang diperdagangkan. Bagi mereka yang tinggal di desa, kota menjadi daya tarik, magnet yang luar biasa. Badan mereka di desa, tapi imajinasinya hidup di kota-kota. Lulusan sekolah menjadi tenaga kerja urban. Mereka berpikir, dan bertindak berbeda dengan orang tua mereka.